Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Puisi | Fatamorgana [Premium]

Avatar

KONTEN PREMIUM

Rumahfiksi.com

Anda sedang membaca Konten Premium

LIHAT KAMI

 



 

Fatamorgana

Dunia begitu indah di mata anak manusia  yang haus akan kesenangan. Fatamorgana dianggap kenyataan dan dianggap abadi. Terlena dengan dunia yang dianggap seperti syurga

Usia tiada yang tau kapan berakhir, dunia memabukkan sehingga lupa ada kehidupan yang lebih abadi dan semua sedang menunggu antrian.

Embun tak lagi ada  ditemukan lagi ada ketika pagi. Mengapa? Karena Ia tau, meski ada hanya sesaat, mentari akan merenggut kehadirannya. Lihatlah mentari tak memberi kesempatan embun untuk hadir meski hitungan detik. Sinarnya sudah merenggut kehadiran setetes embun.

Tangisan kerinduan nampak jelas di kelopak mata, entah pada siapa harus bertanya atau tak perlu dipertanyakan karena semua sudah tertulis di alam sana. Jalani dan terus menjalani.


Malam ketika purnama sempurna bulatnya, nampak anggun dalam gelapnya malam dan terlihat seperti bidadari yang nampak kecantikannya, semua mata terpesona menatapnya. Anggun dan menyejukkan.

Alam terkadang memberikan pesan pada anak manusia, seringkali anak manusia lalai dengan sebuah pesan, ketika mata hati telah mati. Hanya segelintir anak manusia yang bisa memahaminya, sadarilah alam sedang memberi peringatan, mulut ini terkunci untuk mengatakan rahasia alam semesta.

Untuk anak manusia  yang sudah terbangun, bersiap dan waspadalah dengan tipu daya dunia yang terlihat mempesona. Jangan tertipu dengan ketampanan dan kecantikan makhluk yang akan membuat terlena

Tetap berpegang teguh pada janji yang sudah terpatri dengan bumi serta langit yang menjadi saksinya. Seperti janji Adam dan Hawa pada sang Pencipta.

Saat ujian kehidupan datang, rasa sabar dan keikhlasan selalu menemani. Rasa sabar dan ikhlas tiada batasnya dan ilmu paling tinggi karena tidak semua manusia bisa menjalaninya.

Emas permata tak lagi menyilaukan, ketika anak manusia  menyadari, kematian tak perlu membawa perhiasan dunia, tidak akan meringankan jika kita dipanggil sang Pencipta.

Memandang purnama yang sama lebih berharga, jika kedatangan masih terasa mahal harganya, tak mengapa, menerima sebuah keputusan.

Bibir ini selalu ingin berteriak, tetapi harus diam, menahan ribuan asa dalam jiwa, bergetar menyebut nama yang telah Tuhan ciptakan.

Ikhlas tak perlu diucapkan agar semua tau apa yang sedang dijalani, cukup Tuhan yang mengetahui apa yang tersimpan didalam hati. Dalam diam untaian doa selalu ada.

Langkah kaki ini terasa pelan, tak mengapa. Sepasang kaki ini tau kemana harus melangkah. Cahaya itu masih ada dan rembulan masih sempurna bulatnya.

Amanah masih dipegang erat meski tak tertulis di atas batu. Hanya Tuhan dan alam semesta yang mengetahuinya.

Nasehat demi nasehat masih terdengar dari bibir bermakna. Nasehat yang selalu membangunkan ketika mata ini terpejam. Tak ingin  tertidur kembali  seperti anak manusia lainnya meski terlihat  terbangun padahal tidak.

Badut-badut jalanan mempertontonkan kebahagiaan, semua yang melihat tertawa, tak ada yang tau ada tangisan di balik topeng itu. Para penonton tidak mau tau mereka hanya ingin terhibur dan tertawa.

Euforia dunia tidak lagi menyilaukan, tangisan alam sering terdengar ketika menyaksikan anak manusia yang tidak ada rasa puas, menari erotis di atas bumi. Usia bumi sudah menua dan muak melihat tingkah polah anak manusia, Tuhan selalu berkata "belum saatnya."

Lantas apakah semua  lupa diri? Tidak! Masih ada anak manusia  yang terbangun meski setetes di atas lautan, mereka yang dapat menyeimbangkan dan membuat bumi tersenyum kembali.

Alam menunggu perintah-Nya, hanya menunggu waktu, anak manusia lupa diri, dunia dirasakannya abadi dan dirasa nyawa abadi dalam tubuhnya. Makhluk Tuhan lupa dengan kalimat "Kun fayakun."

Semua gemerlap dunia tiada artinya ketika kematian datang, hanya doa yang akan menolong anak manusia, bukan harta benda yang selalu dipuja-puja.

Senyuman tulus salah satu ibadah yang membuat semua tersenyum dan damai, terlihat mudah, tapi terasa sulit bila hati sedang tidak baik-baik saja.

Ejekan tak membuat kerdil, tetap berdiri kokoh pada keputusan, tak perlu ciut berbalik arah, perjalanan mendekati titik akhir.

Malam semakin larut ketika jemari menarikan tariannya, bukan untuk semua tau dan dipuja, tidak!. Menyampaikan pesan dari salah satu ciptaan-Nya, selalu menemani dalam perjalanan ini.

Bukan mencari sensasi ketika berjalan di jalan sunyi, membersihkan jiwa agar tidak berkerak.

Inilah kehidupan yang harus dijalani, melangkah meski tertatih, cahaya semakin dekat sebagai tanda akhir perjalan sepasang anak manusia. Senyuman terlihat dari anak manusia yang menyadari kehadirannya.

 

Langkah kaki semakin kokoh ketika bara api tidak lagi menyala, bara yang akan menghanguskan kepercayaan. Kicauan burung  semakin redup dan menghilang terbawa angin.

Adalah keniscayaan perjalanan ini, meski kerikil membuat kaki terluka, tak mengapa demi menuntaskan janji yang sudah terpatri diikat alam semesta.

Nada-nada kerinduan selalu terdengar seperti suara angin perlahan masuk menyampaikan satu pesan. Hati yang berkata dan saling bercakap meski mulut terlihat diam

Bola api yang dilemparkan tidak dapat membakar ikatan yang terikat kokoh bersimpul mati. Sangat disayangkan berbalik arah pada sang pelempar. Berhati-hatilah buhul-buhul lenyap terbawa angin, atas izin-Nya.

 

Elang dengan mata tajam memangsa  hewan yang dianggap menggangu, tikus berlari terbirit-birit bersembunyi penuh ketakutan ketika meledek elang di angkasa. Tikus selalu menggigit alas kaki agar perjalanan ini terhenti.

Lidah ini ditahan agar tidak menari mengeluarkan nyanyian yang membuat jantung yang mendengar terhenti. Menjaga mengeluarkan kata yang tidak perlu.  Kata yang sudah keluar tidak bisa ditarik kembali.

Aksara bermakna terpatri di atas batu, anak manusia akan melihat kisah perjalanan diabadikan dalam prasasti. Perjalanan panjang peluh liku, penuh tangisan, amarah berakhir senyuman.

Saat ini hanya satu permintaan selalu terucap dalam helaan napas dan satu ciptaan Tuhan yang tau itu.

 

Adsn1919

 BANTUAN