Kisah Sejati

Kisah Sejati

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Ciremai, hidup seorang perempuan bernama Andini. Hidupnya sederhana—menjahit pakaian di beranda rumah, ditemani suara burung dan aroma kopi hitam yang diseduh setiap pagi. Tidak ada yang istimewa dari hidup Andini, kecuali satu hal: ia masih menunggu seseorang yang sudah lama pergi.

Dua puluh tahun lalu, Andini jatuh cinta pada Arka, pemuda yang bekerja sebagai relawan kemanusiaan. Mereka bertemu saat banjir besar melanda desanya. Arka datang bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga harapan. Dalam sebulan kebersamaan, mereka saling mengenal, saling melengkapi, lalu saling berjanji untuk bertemu lagi setelah Arka menyelesaikan misinya di luar negeri.

Namun waktu berjalan tak berpihak. Tahun demi tahun berlalu tanpa kabar. Orang-orang bilang Arka mungkin sudah tiada. Andini tidak percaya. Ia tetap menunggu—dengan keyakinan yang tak bisa dijelaskan oleh logika, tapi juga tak bisa dipadamkan oleh waktu.

Suatu sore di bulan Oktober, Andini melihat seseorang berdiri di depan rumahnya. Tubuhnya sedikit bungkuk, langkahnya tertatih, tapi mata itu... mata yang dulu selalu menatapnya dengan lembut.

“Andini…” suara itu serak, tapi jujur.

Andini menatapnya lama, hampir tak percaya. “Arka?”

Lelaki itu tersenyum pelan. “Aku pulang.”

Ternyata Arka sempat terjebak di daerah konflik dan kehilangan identitas selama bertahun-tahun. Ia hidup berpindah-pindah, mencari jalan pulang, dan satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah bayangan Andini yang menunggunya di rumah.

Andini meneteskan air mata, bukan karena sedih, tapi karena akhirnya ia tahu: cinta sejati bukan tentang seberapa lama seseorang menunggu, tapi seberapa kuat ia bertahan dalam keyakinan.

Malam itu, dua hati yang sempat terpisah oleh waktu akhirnya bersatu lagi—bukan dalam kemewahan, bukan dalam pesta, tetapi dalam kesederhanaan yang tulus.

Dan di bawah langit Ciremai yang sunyi, Andini berbisik,
“Ini bukan sekadar cinta... ini kisah sejati.”

ADSN1919