Rasa Percaya
Cerpen - Rasa Percaya
Secangkir Kopi Susu Penawar Rasa
Suasana temaram, di beranda belakang rumahnya, Rindu menyeruput secangkir kopi susu yang terasa hambar di lidah. Kopi susu yang biasanya terasa pas di lidah, entah kenapa sore ini terasa tidak pas rasanya. Bisa jadi pikirannya sedang dihantam oleh perilaku Menjulang suaminya.
Rindu merasa sedih, sekaligus ingin tertawa, semua bercampur aduk menjadi satu, Rindu juga merasa sendirian, karena saat ini tidak ada teman untuk bercerita. Rindu selalu mengikuti apa kata suaminya, supaya tidak curhat pada orang lain, apalagi lawan jenis. Nasehat suaminya selalu Rindu dengar dan Ia tidak pernah bercerita pada siapapun tentang urusan rumah tangganya. Semua Ia telan sendiri.
Rindu begitu percaya pada suaminya, karena Menjulang selalu pulang tepat waktu, kecupan hangat selalu mampir di kening, pipi dan bibirnya, ritual yang tak pernah terlupakan oleh suaminya.
Oh iya suaminya Rindu adalah pengusaha kuliner dan juga seorang koki yang handal, Suami Rindu sering wara wiri di televisi, resep masakannya terkenal enak. Rindu sangat mendukung pekerjaan sampingan suaminya. Karena pekerjaan utama suaminya adalah seorang dosen di universitas terkenal di Jakarta Selatan, Rindu sendiri bekerja sebagai apoteker.
Selama ini suaminya selalu terbuka padanya, bahkan handphone Menjulang selalu di pegang Rindu bila di rumah, begitupun dengan handphone milik Rindu. Bagi Rindu, suaminya bebas membuka atau mengecek handphone miliknya, intinya diantara mereka berdua sudah terjalin kesepakatan bahwa tidak ada yang ditutupi.
Pekerjaan sampingan suaminya melesat bak meteor, banyak yang ingin belajar membuat masakan pada Menjulang, terutama ibu-ibu, mereka bebas menghubungi suaminya kapanpun mereka mau, konsultasi tentang resep masakan mereka yang baru. Rindu sering melihat, bahkan sampai tengah malampun masih ada yang konsultasi kepada suaminya.
Suaminya dengan senang hati menjawab pertanyaan mereka dan kadang menerima telpon di depan Rindu, bahkan tak jarang juga Rindu yang disuruh membalas japrian mereka kepada Menjulang. Kadang suaminya mengeluh ketika ada beberapa ibu-ibu yang pura-pura bodoh dan tidak paham cara membuat resep baru, baik masakan atau kue, padahal suaminya sudah membuat langkah-langkah membuat bahan makanan yang mereka inginkan.
Kenapa suaminya bilang pura-pura bodoh? Karena suaminya melihat mereka sebenarnya bisa membuat makanan itu, tapi selalu bilang lupa dan alasan lainnya. Rindu paham bahwa terkadang ada diantara para pelanggan suaminya itu konsultasi hanyalah alasan mereka saja untuk bisa menghubungi Menjulang.
Suatu ketika, Rindu pernah protes pada suaminya yang dilihatnya setiap hari mulai asyik meladeni mereka. Rindu ingin ruang konsultasi itu dibatasi dan bukan 24 jam, karena suaminya juga harus bekerja. Suaminya selalu beralasan ga enak, nanti mereka tidak mau belajar lagi padanya dan uang tambahan bisa berkurang, uang itu buat Rindu juga. Itu dan itu terus alasannya. Kata profesional adalah kata kunci yang selalu diungkit suaminya.
Awal Perkenalan
Sampai suatu hari, Rindu memperkenalkan seorang wanita seusia ibunya. Wanita itu sangat antusias dan katanya mengidolakan suami Rindu. Wanita itu memaksa Rindu untuk mengenalkan Menjulang padanya. Wanita yang sudah Rindu anggap sebagai ibunya itu diperkenalkan pada Menjulang.
Rindu melihat wanita itu matanya berbinar ketika melihat wajah Menjulang, wanita itu mendominasi perbincangan, mereka duduk bertiga dan Rindu dianggap obat nyamuk alias dianggap tidak ada, saat itu Rindu tidak berfikir negatif dan menganggapnya sebagai hal yang biasa.
Seiring berjalannya waktu, Wanita itu sering berkunjung ke rumahnya dan selalu menghubungi Rindu bila ingin berkunjung ke rumah di luar kursus kuliner yang suaminya dirikan.
Wanita itu sangat ramah dan selalu bercerita apa saja, Rindu melihat wajah suaminya kadang terlihat bosan mendengar cerita perempuan itu.
Sampai suatu hari, ketika suaminya sedang ke luar kota untuk syuting kuliner di salah satu Televisi swasta, Rindu tau suaminya sangat sibuk, di sela-sela kesibukannya, suaminya sering video call dan memberi tau kesibukannya. Suaminya bercerita dia merasa terganggu dengan wanita itu yang sedikit -sedikit menelepon dan mengiriminya pesan. Ada saja alasan wanita itu untuk meneleponnya, minta resep inilah, itulah, dan saat itu dikarenakan kesibukannya, Menjulang sering tidak sempat membalas chat atau teleponnya.
Suatu malam wanita itu menelepon Rindu dan bercerita bahwa Menjulang tidak mau memberikan resep masakan padanya, padahal wanita itu akan ikut lomba, Rindu memberi pengertian pada wanita itu, bahwa Menjulang tidak bisa diganggu sampai tanggal 14 Agustus, tapi wanita itu tidak mau tau dan malah menangis. Rindu sekuat tenaga memberikan pengertian padanya.
Seminggu kemudian...
Sebelum
tidur Rindu asyik membuka-buka media sosial, sampai ada notif yang
baru, wanita itu membuat status bahwa Menjulang lelaki pembohong tidak
menepati janji, dan banyak kata-kata kasar lainnya dari wanita itu yang
sebenarnya menurut Rindu tidak pantas untuk di ucapkan oleh seorang
wanita seusia dia di media sosial yang tentu saja banyak yang akan
membacanya.
Jujur saja Rindu sangat sedih, Ia tahan agar suaminya tidak buyar konsentrasinya di tempat syuting yang tempatnya kadang suka berpindah-pindah lokasinya. Ketika suaminya video call, Rindu menampakkan wajah yang ceria, supaya suaminya tetap semangat menjalani syuting yang begitu melelahkan.
Tanpa sepengetahuan Menjulang, Rindu berusaha menghubungi wanita itu, tapi ternyata nomor teleponnya telah di blokir olehnya, semua akses komunikasi ke wanita itu telah di blokir semua dan Rindu melihat status milik wanita itu di media sosial miliknya semakin liar.
Ketika suaminya pulang, Rindu tidak langsung bercerita, Ia menyiapkan air panas untuk mandi suaminya, setelah suaminya mandi dan makan, mereka bercinta melepas sambil kerinduan.
Setelah melihat wajah suaminya tenang dan segar, barulah secara pelan-pelan Rindu menyampaikan omongan wanita itu, postingan di medsos oleh Rindu di screenshot, karena postingan wanita itu sudah dihapusnya.
Menjulang berusaha menghubungi wanita itu untuk minta penjelasan, tapi semua akses di blokirnya. Suaminya hanya bilang biar saja dan lupakan wanita itu.
Dua tahun kemudian....
Tetangga Rindu yang jaraknya dua rumah, dikunjungi wanita itu, entah kenapa wanita itu curhat dan bercerita suami Rindu menyukainya dan sering menghubunginya bahkan mengajak menikah.
Wajah Rindu terasa panas, air mata sekuat tenaga dia tahan, bagai disambar petir ketika tetangga itu menyampaikan omongan wanita paruh baya itu. Rindu gelisah tidak bisa tidur menunggu Menjulang pulang.
Selepas Isya, kendaraan yang biasa dikendarai suaminya terdengar memasuki garasi, Rindu tidak bisa menahan diri lagi seperti dulu. Ketika suaminya membuka pintu, Rindu suruh suaminya duduk dan menanyakan apa benar suaminya mengajak nikah wanita itu.
Suaminya sangat kaget dan bersumpah tidak pernah menjanjikan apa-apa. Rindu menangis minta penjelasan suaminya.
Karena didesak terus, akhirnya Menjulang bercerita; bahwa dua tahun yang lalu, diam-diam wanita itu sering mampir ke kampus tempat menjulang bekerja. Sekali dua kali Menjulang berusaha menghindar, lama-lama Menjulang merasa kasihan sekaligus simpati, karena wanita itu nangis-nangis bercerita tentang suaminya yang KDRT dan jarang pulang. Menjulang berusaha menghibur dengan bercerita hal-hal yang menyenangkan dan wanita itu bisa tersenyum kembali.
Karena sikap menjulang yang penuh perhatian, wanita itu menjadi ketergantungan pada Menjulang.
Awalnya kunjungan wanita itu hanya membahas resep masakan untuk lomba, lama-lama sisi wanita itu keluar, dalam artian isi rumahtangganya diceritakan semua pada Menjulang.
Sebagai laki-laki dan wataknya sudah begitu, jiwa kelelakiannya keluar juga, merasa dibutuhkan, Menjulang sering menghibur wanita itu, bila wanita itu membutuhkannya Menjulang selalu meluangkan waktu, baik makan bersama maupun lewat di dunia maya.
Lama kelamaan karena merasa nyaman, wanita itu jatuh cinta pada Menjulang, wanita itu minta dinikahi, tapi Menjulang tolak karena hanya menganggap sebagai teman dan tidak lebih. Kebaikan dan perhatian Menjulang dianggap lain oleh wanita itu. Menjulang hanya menganggap wanita itu adalah murid di tempat kursus kuliner. Wanita itu sudah berani mengatur Menjulang dan cemburu bila Rindu menghubunginya.
Rindu masih menangis ketika mendengar penjelasan suaminya dan menyalahkan suaminya yang dianggap memberikan peluang pada mereka dan terlalu meladeni semua yang curhat padanya, karena bukan kali ini saja ada beberapa yang curhat pada suaminya, semuanya masalah keuangan dan dengan rela hati Menjulang menggratiskan mereka untuk ikut kursus di tempat kursus kulinernya. Kepercayaan yang diberikan Rindu pada suaminya, disalahgunakan.
Menjulang sangat sedih melihat Rindu menangis, Dia peluk Rindu agar tenang, Rindu memukul-mukul dada suaminya.
Setelah Rindu tenang, Menjulang mengunjungi tetangganya agar memberitau bila wanita itu datang lagi.
Seminggu kemudian Rindu dan Menjulang mendapat kabar wanita itu datang ke tempat pak RT, wanita itu menolak ketika mau dipertemukan dengan Rindu dan Menjulang. Tidak habis pikir diam-diam Bu RT menghubungi Rindu.
Wanita itu kaget melihat Rindu dan Menjulang berdiri di depan matanya. Ketika di desak wanita itu mengaku, bahwa Ia disuruh Dendi untuk menghasut murid -murid di tempat kursus Menjulang, ternyata tidak berhasil, wanita itu mencoba merayu Menjulang tidak berhasil juga, karena Menjulang selalu memuji Rindu istrinya.
Wanita itu didesak lagi oleh Dendi supaya pikiran Rindu kalut, karena kalau Rindu kalut dan tidak percaya ke Menjulang, bisa dipastikan Menjulang tidak akan konsentrasi, berdampak pula pada tempat kursus kuliner Menjulang.
Wanita itu memohon maaf telah menjadi mata-mata untuk menghancurkan usaha Menjulang dan memajukan usaha Dendi pacarnya.
Sampai di rumah, Rindu dan Menjulang berpelukan. Mereka bersyukur melewati rintangan yang berat, hanya satu kuncinya yaitu rasa percaya. Dendi yang terlihat baik di depannya ternyata punya rencana jahat untuk menghancurkan usahanya. Kamar mereka terasa hangat kembali.
***
Menjulang Kapok
Menjulang merasa bersalah pada Rindu, padahal istrinya pernah bercerita padanya, ketika untuk pertamakalinya ada yang tertarik ikut kursus kuliner di tempatnya. Bisa dibilang remaja itu adalah murid pertamanya, Menjulang memberikan pelayanan prima pada remaja itu, bahkan diberi diskon sampai 50%. Diam-diam dibelakang Rindu, mereka sering japri Sampai tengah malam, seperti biasa alasan konsultasi.
Waktu itu Rindu menceritakan mimpinya, dalam mimpi itu suaminya berjalan dengan seorang perempuan yang tak dikenalnya, Rindu ada di tempat itu, tapi diabaikan suaminya.
Menjulang hanya bilang ke istrinya, mimpi itu hanya bunga tidur, tidak ada perempuan lain selain istrinya. Menjulang tau istrinya agak ragu, karena mimpinya seringkali tepat.
Sifatnya yang sering tidak enak itu, sekarang menjadi bumerang. Ia melihat istrinya yang tertidur dan Ia melihat Rindu menangis dalam tidurnya. Menjulang berjanji tidak akan meladeni curhat dari lawan jenis apapun alasannya. Ia tidak akan menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan Rindu istrinya. Menjulang bersyukur bahwa Rindu masih punya rasa percaya padanya.
Menjulang malu pada dirinya sendiri, karena sering menasehati istrinya untuk profesional padahal dirinya belum bersikap profesional. Pelajaran paling berharga telah Menjulang dapat, jangan menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan Rindu, istrinya.