Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Ketika Orang Lain Merasa Lebih Tahu Dari Kita

Imajinasi Tanpa Batas

Ketika Orang Lain Merasa Lebih Tahu Dari Kita

Diary - HaloTeman - teman Rumahfiksi.com, semoga semuanya sedang dalam keadaan yang baik dan sehat-sehat aja ya. Kali ini aku ingin menggoreskan pena di dunia maya, tentang unek-unek atau entah apalah namanya. Jika dahulu aku selalu menuliskan apa yang kulihat dan rasakan di dalam sebuah buku Diary, seiring perkembangan Zaman, saat ini aku sedang membiasakan diri untuk memindahkan kebiasaan dari menuliskan dilembaran kertas secara manual ke dalam bentuk catatan digital seperti di laman blog ini, bisa jadi ada hal baik dan mungkin juga ada hal buruknya di era keterbukaan informasi seperti saat ini, tetapi aku merasa saat ini setidaknya dengan memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi masa kini, aku bisa menulis dan membuka catatan ku dimana dan kapan saja tanpa perlu repot-repot membawa buku Diary tempatku biasa menuangkan segala kegundahan yang ada di hati. Berbekal media seperti handphone aku bisa menuliskan catatan dan membukanya kapan dan dimana saja. Ketika Orang Lain Merasa Lebih Tahu Dari Kita, ini adalah judul yang aku jadikan sebagai kata kunci untuk menggambarkan situasi dan suasana hati yang sedang kurasakan dan alami beberapa hari ini.

Ingin tau bagaimana ceritanya? Yuk baca artikel ini hingga tuntas dan semoga apa yang sudah kualami ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua dan terutama bagi diriku sendiri.

 

Siang itu aku sedang naik kendaraan dari luar kota yang jika kita  lewat Jl. Tol Cipularang dan Jl. Tol Cikopo – Palimanan memakan waktu sekira 2 jam 59 menit atau memakan jarak tempuh 205,2 km dari Kota tempat tinggalku berada.

Lelah, hanya itu mungkin ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi tubuh dan pikiranku saat itu. Hampir dua minggu lamanya aku bisa dibilang menjalani situasi yang benar-benar full untuk kegiatan baik diluar maupun di dalam kota, baik kegiatan kedinasan, organisasi maupun kegiatan di luar kedinasan semuanya telah selesai kulakukan sebelum memutuskan untuk pergi ke luar kota.

Sebagai seorang Wanita karir yang sudah lama terbiasa mandiri, aku memang sudah biasa melakukan perjalanan menggunakan jasa  travel, namun tidak seperti biasa, siang itu aku merasa sedikit was-was ketika mobil travel yang  kunaiki melaju sangat kencang di jalan tol yang sudah tidak mulus lagi, ada rasa was-was karena dalam kondisi hujan besar seperti ini, pak Supir seperti membawa kendaraan yang tidak memiliki rem sama sekali. Saat itu  kebetulan aku naik travel hanya berdua dengan satu penumpang saja, yaitu seorang wanita yang sudah sepuh, yang sesaat kulihat memiliki penampilan yang  enerjik, jauh dari gambaran umum untuk Wanita seusianya. Dengan memakai setelan celana blue jean dipadukan dengan kemeja warna hitam dan rambut berwarna kelabu, awalnya satu-satunya teman perjalananku sesama penumpang mobil travel ini akan berangkat pukul 15.00 WIB, tapi mendadak berangkat pukul 14.00 WIB, Alhamdulillah, akhirnya aku mendapatkan teman seperjalanan yang juga seorang Wanita, aku membayangkan, seandainya Ibu ini tetap berangkat pukul 15.00 WIB tentu saja saat ini aku hanya seorang diri saja berada di dalam mobil travel ini.

Alhamdulillah rencana Allah SWT sangat indah dan selalu ada pertolongan di saat yang tepat sehingga aku akhirnya mendapatkan teman ngobrol selama diperjalanan. Saat itu aku memang tidak bertanya pada petugas yang mendata, berapa jumlah penumpang yang akan berangkat saat itu bersamaku di dalam mobil travel ini.

Selain berbincang dengan Ibu  yang menjadi teman seperjalanan  dari luar kota kali ini, di dalam mobil travel yang masih terus berjalan kencang, aku banyak merenung, teringat  beberapa tuduhan dan prasangka yang kuterima, jujur saja saat itu aku hanya mampu menghela nafas. Menerima tuduhan demi tuduhan yang jujur saja sempat membuat hati ini merasa sakit akibat selalu dituduh melakukan sesuatu hal yang memang tidak pernah kulakukan.

Tak terasa air mata mengalir begitu saja dari sepasang pipi saat itu, begitu banyak tuduhan yang selalu diarahkan dengan tujuan hanya untuk menyamarkan yang telah dilakukan orang tersebut.

Tuduhan dan prasangka tak henti-hentinya kuterima. Bila aku berbuat licik apa yang kuterima? Kendaraan saja masih memakai kendaraan lama, perhiasan emas  juga tidak ada yang melekat di tubuh ini. Aku naik kendaraan online salah, pakai mobil sendiri dikira ingin gaya. Pakai emas dikira mementingkan diri sendiri dan tidak peduli sama anak-anak. Entahlah, saat ini aku hanya mampu mengelus dada dan hanya bisa pasrah kepada Sang Pencipta dan sebagai manusia yang lemah dan tak berdaya tanpa izin dan pertolongan-Nya, aku hanya mampu diam dengan semua prasangka orang-orang yang hanya melihatku dari penampakan luarnya saja.

Perkataan yang mengatakan bahwa aku ini hanyalah seorang Wanita yang tidak benar serta egois dan tidak pernah memikirkan keadaan anak-anakku jujur saja sempat membuatku menitikkan air mata. Apa yang mereka lihat dan menjadikannya sebagai bahan prasangka itu hanya berdasarkan dari apa yang mereka lihat di medsos saja. Dan aku merasa bahwa tidak semuanya juga perlu ku share ke medsos bagaimana sebenarnya aku sering pergi bersama anak-anak tanpa sepengetahuan mereka yang selalu memojokkanku dengan segudang prasangka.

Masih di dalam kendaraan yang melaju kencang dibawah guyuran air hujan, aku kembali teringat dengan tuduhan yang kembali membuat kaget dan rasanya tak perlulah kuceritakan semuanya secara gamblang disini. Saat itu aku hanya merasa aneh saja, “Yang berbuat siapa yang dituduh siapa. 

Jauh di lubuk hati yang paling dalam aku masih sangat percaya akan kekuasaan Allah SWT, hingga tak perlulah rasanya kita percaya selain kepada Allah SWT.

Aku juga manusia yang tentu saja masih bisa merasa sakit hati dengan semua tuduhan yang mengarah kepadaku, ingin sekali rasanya aku membuka suara dan menyanggah semuanya, namun dipikir-pikir gak ada untungnya bagiku untuk meladeni orang-orang seperti itu ketika aku ingat dengan kata-kata bijak  Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu."

Hingga akhirnya aku pikir lebih baik diam, meskipun kata orang tidak selamanya diam itu adalah emas, jadi biarlah waktu yang akan membuktikan semuanya kepada mereka yang selama ini selalu menelan bulat-bulat yang katanya, katanya dan langsung menunjuk aku sebagai pelakunya.

Teman-teman, terima kasih sudah berkenan membaca goresan singkat yang berjudul ketika orang lain merasa lebih tahu dari kita, apakah Teman-teman juga pernah mengalami hal yang sama dengan yang ku alami beberapa waktu lalu? Jika iya, silahkan tuliskan di kolom komentar ya. Salam hangat buat kita semua.

 

ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan
www.domainesia.com