Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Perjalanan

Perjalanan
Perjalanan


Aku kembali berjalan dijalan yang pernah kita lalui, genggaman erat masih terasa membekas di jemari ini. Perjalanan yang pernah kita lalui terasa singkat, berbeda dengan saat ini, perputaran waktu terasa melambat.

Beberapa purnama telah dilalui ketika aku melaluinya kembali, terlihat sendiri tapi tak sendiri, Dia masih menggenggam jemari ini seperti dulu kala.

Perjalanan ini terasa lambat, butuh kesabaran yang utuh seperti purnama yang bulat sempurna. Sebagai manusia biasa terkadang kepala ini ingin menengok ketika terdengar suara bersahutan menyebut namaku.

Sang Penjaga rasa selalu mengingatkan dan berbisik agar kaki ini tetap melangkah di jalan sunyi dengan rasa. Tak perlu sibuk dengan teriakan yang terkadang masih terdengar, jalan yang kita lalui sunyi, hanya segelintir yang melewatinya, tak ada hiruk pikuk bahkan teriakan.

 

Aku tak ingin kembali menengok melihat lembaran usang, melihat mata yang selalu penuh selidik, biarlah sang waktu yang akan menjawabnya, bibir ini sudah terkunci untuk menjelaskan yang tak perlu dijelaskan.

 

Dua pasang kaki ini masih melangkah di jalan sunyi, tidak semua orang ingin melewatinya, saling menguatkan dan mempererat genggaman ketika angin datang melanda, Aku dan Dia ada, tak ada rasa ragu di hati ini. Pelajaran hidup sudah usai saatnya berjalan di tempat ini.

Kicauan burung perlahan hilang, sang Surya menyinari bumi dengan ramah, seolah menyapa manusia yang masih berjalan di jalan sunyi. Seperti sholat berjamaah Ma'mun tidak keluar dari barisannya, begitupun para  pejalan di jalan sunyi tetap teguh menggapai cahaya.

Perjalanan ini terasa lambat, perputaran waktu seolah terhenti, sang Waktu hanya bisa menatap,  melihat anak manusia yang merasa tidak kuat dan keluar barisan, perjalanan ini tidak mudah bila dijalani dengan prasangka.

Aku masih belajar menata hati dan menerima semuanya dengan lapang dada. Niat baik akan berbalik baik begitupun sebaliknya.

Rembulan tepat di kepala ketika mata ini terbuka dalam buaian, mendengar dalam diam, menguping pembicaraan alam semesta.

 

Adsn1919

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan
www.domainesia.com