Restu Bumi
Umur tiada
yang tau kapan akan berakhir, berharap selalu ada, berjejak tanpa batas tak
bias.
Nahkoda
kapal sebagai penentu kemana kapal ini dibawa, mengarungi samudera tanpa oleng,
kedua tangan nahkoda kokoh menggenggam kemudi kapal.
Tetap
teguh meski ombak besar kadang membuat kapal oleng, jangan lengah membiarkan
kapal terbawa ombak, kapal ini harus terus melaju sampai tujuan.
Udara tak
selamanya bersahabat terhirup merasuki tubuh, jangan disimpan mengendap dalam
hati, bagai menjaga purnama selalu ada dalam pangkuan.
Kisah
tertulis bagai seribu satu dongeng, tertulis bertintakan tinta emas.
Sinar
mentari terasa hangat membelai tubuh ini, bila ketenangan dirasa, jauhi asumsi
yang akan mengubah kelembutan sinar mentari menjadi terik.
Umpama
kehidupan bagai sebuah syair, yakinlah para seniman akan membuat syair yang bisa membuat hanyut para penikmat. Tapi
ini bukan tentang syair lagu siapapun bisa menikmatinya. Syair ini digoreskan
dari tinta emas tak semua bisa memahaminya.
Alam
terasa bersahabat ketika rasa damai, menjalani takdir yang telah digoreskan
Sang Pencipta.
Melukis
senja dengan kuas kehidupan terpatri dalam jiwa, tersimpan di ruang tak
sembarang orang bisa memasukinya
Ini
kisah kehidupan manusia harus dijalani dengan keikhlasan dan kesabaran.
Kisah
sudah tertulis ketika nyawa belum
menyatu dengan tubuh. Ketika Adam dan Hawa
belum dipertemukan oleh sang Pencipta.
Ucapan
yang keluar dari mulut umpama doa, menahan diri agar tidak sembarang terucap
sebuah pilihan yang harus dipilih.
Terkadang ingin
berteriak dan berontak "Mengapa, Mengapa dan Mengapa?" tapi
tak elok rasanya, menanyakan pada Sang Pencipta. Ujian setiap makhluk berbeda
dan itu perlu disadari, sabar dan ikhlas akan ketetapannya. Yakin masanya akan
tiba.
Endapan
rasa melekat dalam tubuh tak mungkin terlepas, menyatu bak kulit dan daging menyelimuti tubuh.
Rangkaian
kata tak terbendung tercurah mengalir bagai air, kadang tenang terkadang deras,
begitulah yang tertahan, hanya Tuhan yang Maha Mendengar dapat
merasakannya. Pemberontakan hati dan
rasa.
Seumpama perjalanan ini bukan karena kekuatan Tuhan, tiada makhluk yang sanggup menjalaninya, bila tidak ikhlas akan terasa berat menjalani, butuh pengorbanan dan air mata serta pengorbanan lainnya bila disebutkan khawatir menggugurkan rasa ikhlas.
Angin berhembus pelan menghaluskan aliran di pipi menyadarkan, ujung perjalanan ini akan sampai tujuan, jalanan ini terasa semakin menanjak dan melelahkan keyakinan diri berhasil mencapai puncak titik akhir perjalanan panjang ini.
Yakinlah
bila saatnya tiba, kuncup-kuncup bermekaran, tanah gersang menjadi subur, musim
kemarau berganti musim hujan kedamaian akan terasa, dinikmati dan menikmati
suasana alam yang bekerja memberikan yang terbaik.
Abjad
demi abjad yang terangkai indah, bernyawa.
Nasehati diri sendiri lebih baik sebelum menasehati yang lain, mengukur diri dalam berkata menyadari tak semua orang menyukai keberadaan kita.
Genggamlah
terus mencengkram bumi menggapai asa, lantunan doa akan didengar. Percayalah restu Bumi akan selalu menyertai Kita.
KREDIT
Konten Premium adalah salah satu jenis artikel pilihan yang tersedia di rumahfiksi.com. Semua artikel yang dikunci dapat di akses cukup dengan menggunakan nomor ID langganan.
Artikel biasa adalah konten yang bisa diakses oleh semua pengunjung rumahfiksi.com. Konten Premium
adalah konten yang dapat diakses dengan sistem berlangganan pada situs dalam jaringan
(online). Konten Premium disajikan dengan artikel yang lebih mendalam.
Cukup daftar di sini lalu
dapatkan kode unik setelah melakukan pembayaran.