Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Ucapanmu Adalah Doa

Imajinasi Tanpa Batas

 

Ucapanmu Adalah Doa

Hari sudah beranjak malam, suasana di sekeliling rumah kakek sangat sepi, Rindu terbangun mendengar isak tangis di ruang tengah. Ia diam dan menguping pembicaraan dua orang laki-laki dewasa sepertinya suara kakek dan paman. 

Rindu pertajam telinga dan ya, yang sedang menangis adalah paman, adik kandung dari bapaknya. Paman sudah bekerja dan ada masalah apa sampai paman menangis terisak-isak. Saat itu Rindu  masih kecil dan merasa tidak aneh mendengar laki-laki dewasa menangis di hadapan bapaknya. 

"Pak, Mereka mentertawaiku, aku ga terima dipermalukan dihadapan yang lain", Rindu  mendengar paman berbicara pelan sambil menahan tangis. 

"Mentertawai kenapa? Kamu punya kesalahan apa? Sampai mereka mentertawaimu" terdengar suara kakek menahan kesal ketika bertanya pada paman. 

"Aku tidak memakai kaos dalam, saat itu aku pakai baju putih dan aku tidak pakai  kaos dalam karena masih basah semua". 

Suasana hening, Rindu  tau paman baru bekerja di kantor baru biasanya berangkat pagi pulang sore, pamanku ini orangnya pendiam semua masalah dia pendam. Kalau sampai menangis berarti ada masalah besar bukan hanya kaos dalam yang menurutnya sepele. 

Saat itu Rindu  masih terbilang masih kecil, tidak punya pikiran apa-apa. Rindu  keluar kamar ingin melihat kakek dan paman, seketika mereka kaget melihat Rindu duduk di kursi dekat mereka. 

Kakek bertanya yang intinya apa yang Rindu  dengar dengan polos Rindu  menjawab, bahwa Ia mendengar paman menangis karena ga pakai kaos dalam. Kakek wanti-wanti padanya agar tidak bercerita pada orangtuanya apalagi pada  orang  lain. Rindu  menganggukkan  kepala dan berjanji tidak akan bercerita. 


***

Kejadian puluhan tahun itu masih teringat di kepalanya, Rindu  ingat sebelum paman menangis tengah malam, pulang kerja paman murung dan mengurung diri di kamar sangat lama. Biasanya paman suka bercanda dan mengajak ngobrol, tapi hari itu tidak sama sekali. 

Setelah Rindu dewasa, Ia paham apa yang dipesankan oleh kakek, bahwa tidak semua rahasia keluarga menjadi barang konsumsi orang lain. Biasanya orang akan melebih-lebihkan ceritanya dengan aneka bumbu. Ada pepatah mengatakan 'menitip uang bisa berkurang, menitip omongan bisa bertambah', ada benarnya juga pepatah itu. 

Tidak semua orang suka dengan kelebihan yang kita punya, mereka hanya melihat kekurangan meski hanya sedikit. 

Makanya saat itu kakek wanti-wanti agar Rindu  tutup mulut, karena kalau sampai terdengar yang lain bukan hanya kaos dalam yang jadi bahan cerita, tapi kehidupan pribadi paman, kakek bahkan bapaknya yang digoreng jadi cerita. 


***

Sambil meminum kopi susu yang pas takarannya dan memakan kue buatannya sendiri. Rindu menikmati suasana malam di teras rumahnya yang mungil. Sambil melihat suaminya yang sedang ngobrol asyik dengan tetangga.

Sambil menggigit kue bolu mentega buatannya, kembali Rindu mengingat kenangan masa kecilnya, suka duka sudah Ia alami. Kadang kejadian lucu dan ada kejadian menyebalkan, dan semua ada hikmahnya. 

Rindu sedang menahan ucapannya karena beberapa kali ucapannya itu terbukti. Ibunya Rindu seorang bidan yang membuka praktek di rumah, banyak orang yang melahirkan dibantu ibunya. Sampai suatu hari Rindu mendengar suara bayi di kamar praktek ibunya, Rindu masuk ke kamar itu, Rindu melihat iat semua orang sangat bahagia dengan kehadiran sang bayi dan ibu bayi itu sedang dibersihkan darahnya. 

Semua orang kaget melihat Rindu muncul di ruangan itu ada yang berteriak

"Eh ada anak kecil, pamali jangan melihat yang melahirkan".

Ia diusir dari kamar itu, Rindu sangat sakit hati dan terucap, 

"semoga bayi itu meninggal" selang satu jam terdengar di kamar pasien itu tangisan, ternyata bayi itu benar-benar meninggal dunia.

Ada lagi kejadian lain, ketika Rindu masih sekolah di Sekolah Dasar  Negeri, ada kakak kelasnya entah mengapa membencinya, Rindu selalu diludahi, Ia tidak berani melawan hanya diam, kejadian ini berkali-kali dan Rindu tetap  diamkan, sampai suatu pagi ketika Rindu mengantar nenek ke pasar, Ia melihat kakak kelasnya tertunduk dan pura-pura tidak melihatnya, ternyata bibir kakak kelasnya itu penuh dengan sariawan kalau dalam bahasa Sunda namanya barusuh. 

Sekarang Rindu memilih diam dan mendoakan yang baik-baik karena Ia percaya, apa yang diucapkan  atau mendoakan orang lain itu baik atau buruk akan kembali pada diri kita sendiri. Semua ada hikmahnya. 

Rembulan tepat di kepala, ketika suaminya menggenggam tangannya agar masuk ke rumah. 


Adsn1919


Konten Premium adalah salah satu jenis artikel pilihan yang tersedia di rumahfiksi.com. Semua artikel yang dikunci dapat di akses cukup dengan menggunakan nomor ID langganan.

Artikel biasa adalah konten yang bisa diakses oleh semua pengunjung rumahfiksi.com. Konten Premium adalah konten yang dapat diakses dengan sistem berlangganan pada situs dalam jaringan (online). Konten Premium disajikan dengan artikel yang lebih mendalam.

Cukup   daftar di sini lalu dapatkan kode unik setelah melakukan pembayaran.

Pilih Layanan Kami

Nikmati akses tanpa batas di rumahfiksi.com

  • Artikel Premium
  • Rumah Fiksi
  • Buku
Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan
www.domainesia.com