SEHARUSNYA

SEHARUSNYA
Aku bertanya pada angin yang bertiup kencang
Mengapa angin menerbangkan sekuntum bunga yang ditanam, disaat aku berdamai dengan hembusannya?
Angin terdiam tak menjawab
Aku bertanya pada mentari
Mengapa mentari membiarkan panasnya memanggang bumi?
Sampai telapak kaki ini melepuh
Mentari terdiam
Aku bertanya pada Sang Waktu
Mengapa Engkau biarkan kekuasaan menggunting waktu
Sang Waktu tersenyum sambil berkata "Semua ada waktunya, bersabarlah, takdir memihak kita"
Aku tergugu
Seharusnya saat ini memandang di waktu yang sama
Menikmati racikan resep rahasia
Ah kekuasaan mematahkannya
Apa karena masih ranting jadi mudah dipatahkan?
Apa harus tumbuh menjadi pohon besar agar semua tunduk?
Tak semestinya begitu
Dalam diam semua tercatat rapi