Pada usia tertentu, cinta tidak lagi datang dengan gegap gempita. Ia hadir lebih tenang, seperti hujan yang jatuh tanpa suara, namun mengubah banyak hal. Di usia itu pula, Dara belajar bahwa cinta bukan soal siapa yang paling berani berjanji, melainkan siapa yang paling siap bertahan.
Dara pernah mencintai dengan penuh keyakinan, lalu kehilangan arah ketika semuanya berakhir. Bukan karena kurang usaha, tetapi karena ia dan masa lalu memilih jalan yang berbeda. Sejak itu, Dara tidak berhenti percaya pada cinta—ia hanya lebih berhati-hati.
Setiap selesai shalat malam, ia selalu menutup doanya dengan kalimat yang sama:
Tuhan, kirimkanlah aku kekasih yang baik hati. Yang hadir untuk menenangkan, bukan sekadar membahagiakan.
Raka datang ketika Dara tidak lagi mencari. Ia hadir sebagai rekan kerja dalam sebuah proyek sederhana. Tidak ada ketertarikan yang tiba-tiba, tidak pula percakapan yang menggetarkan. Namun Raka selalu konsisten—tepat waktu, jujur, dan tidak pernah meremehkan pendapat Dara.
Dara menyadari, kedewasaan memiliki cara sendiri untuk jatuh cinta.
Raka tidak sering mengirim pesan, tapi selalu membalas dengan penuh perhatian. Ia tidak menuntut waktu Dara, justru menghargai kesibukan dan batasan. Bersamanya, Dara merasa menjadi dirinya sendiri—tanpa perlu berpura-pura kuat atau selalu ceria.
Suatu malam, setelah percakapan panjang tentang hidup dan kegagalan, Raka berkata, “Aku tidak datang untuk memperbaiki masa lalumu. Aku hanya ingin berjalan bersamamu, ke depan.”
Kalimat itu sederhana, namun membuat dada Dara menghangat. Ia tahu, cinta seperti inilah yang ia butuhkan—dewasa, jujur, dan bertanggung jawab.
Ketika Raka menyampaikan niatnya secara baik-baik kepada keluarga, Dara menangis dalam sujud. Bukan karena takut, melainkan karena akhirnya Tuhan mengirimkan jawaban yang terasa tepat waktu.
Di hari pernikahan mereka, Dara tersenyum dengan hati yang tenang. Ia tidak merasa kehilangan dirinya, justru menemukan versi dirinya yang lebih utuh.
Dalam diam, ia berbisik: “Terima kasih, Tuhan. Aku tidak meminta kisah cinta yang sempurna, hanya kekasih yang baik hati. Dan Engkau mengirimkannya tepat saat aku siap.”
Cinta dewasa tidak selalu berbunga-bunga. Ia tumbuh dari pengertian, dipelihara oleh komitmen, dan dijaga oleh doa. Dan Dara tahu, selama mereka saling menggenggam dalam kejujuran dan iman, bahagia bukan lagi tujuan—melainkan perjalanan yang mereka jalani bersama.
ADSN1919







.jpg)