Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

[Fiksi] Untaian Doa di Penghujung Tahun [Premium]

Untaian Doa di Penghujung Tahun

[Fiksi] Untaian Doa di Penghujung Tahun [Premium] -Rumahfiksi.com

[Fiksi] Untaian Doa di Penghujung Tahun [Premium]


Malam ini terasa hening, jarum jam terus berdetak mengikuti alurnya yang selalu sama tidak pernah dikurangi ataupun dilebihkan,  baik terlihat maupun tak terlihat. Mata perempuan itu melihat jarum jam, selalu berputar ke arah yang sama menandakan semua baik-baik saja.

Perempuan berkerudung hitam itu menghela napas panjang, seperti tidak percaya berada di penghujung tahun, waktu terus berjalan tak terasa beberapa jam lagi tahun berganti ada kesedihan yang terselip di hati dunia semakin tua, dengan tingkah manusia yang semakin di luar nalar.

 

Perempuan itu tersenyum getir setahun lebih terlewat begitu saja, tak mengapa demi kebaikan, meski tak pernah terlihat, ikhlas menjalani semuanya, doa selalu menemani hari-hari perempuan berkerudung hitam itu.

Perempuan itu  termenung, menatap jalan terbentang di depan mata, dengan penuh keyakinan kaki perempuan itu terus melangkah meski perlahan tapi pasti. Membiarkan ocehan yang perlahan menghilang, membiarkan mata penuh selidik yang perlahan merasa bosan dengan sendirinya, membiarkan tiupan buhul-buhul yang kembali pada pemiliknya. Perempuan itu tidak mau menengok ke belakang lagi, melihat segala tingkah polah yang membuatnya mengelus dada. Perjalanan yang sudah terlewati biarlah terlewati, pahit getir kehidupan sudah dilalui.

 

Tak terasa genangan di kedua pelupuk mata perempuan itu mengalir perlahan, ada rasa haru perempuan itu tersenyum tipis mensyukuri waktu yang sudah dilewati, doa perempuan itu tetap sama mengalun pelan dari bibir mungilnya.

 

Perempuan itu hanya manusia biasa yang masih merasakan kesedihan, kegembiraan, kerinduan yang mendalam semua harus ditahannya, dalam diam perempuan itu hanya bisa mengadu kepada Sang Pencipta pemilik nyawa ini, ketika kerinduan tak tertahankan.

 

Perempuan itu harus menepis amarah ketika merasa dunia tidak adil, perempuan itu menahan rasa kecewa pada manusia, mereka hanya bisa diajak tertawa dan bersuka cita, tapi ketika perempuan itu dilanda masalah tidak ada manusia yang mau melihatnya. Itulah sifat manusia. Hanya satu yang selalu ada dikala suka maupun duka.

 

Perempuan itu berharap tahun depan lebih baik dari tahun kemarin, untaian doa masih terdengar lirih, perjalanan perempuan itu hampir menuju titik akhir. Purnama  masih  sempurna bulatnya, dijaga dengan rasa sesuai amanat.

 

Perjalanan panjang ini tak terasa sudah dilewati dengan suka dan duka,  tangisan dan tawa pernah mewarnai perjalanan ini, semoga perjalanan yang sedang dilalui tidak ada tangisan lagi.

 

Tuhan, cukup sudah cobaan demi cobaan yang telah diberikan pada perempuan itu, beberapa purnama diuji kesabaran, biarkan perempuan itu tersenyum dan merasakan rasa bahagia yang sesungguhnya dalam genggaman.

 

Tuhan, perempuan itu hanya berharap kabulkan doa dua pasang tangan yang selalu menengadah dikala manusia lain tertelap dalam buaian dan mencari jalan lain agar terpencar. Atas Kuasa-Mu ya Tuhan, kami tetap bernapas di dunia ini dan berjalan di jalan yang sudah menjadi takdir kami.

 

Perempuan itu memandang rembulan yang seolah tersenyum padanya, terasa dekat meski jauh, rembulan itu seolah mengingatkan kami masih di langit yang sama, masih menghirup udara yang sama pula, tak guna mengeluh. Perempuan itu paham dengan pesan tersirat yang diberikan alam padanya.

 

Biarlah mereka dengan asumsinya kebenaran hanya sang Pencipta yang mengetahui. Jadi untuk apa sibuk dengan penilaian manusia karena tidak selamanya penilaian manusia itu benar.

 

Tuhan, hanya engkau yang mengetahui keluh kesah di hati perempuan itu,  perjuangan berat telah dilaluinya dengan penuh rasa sabar. Perempuan itu tersenyum melihat senyuman menyambut kehadirannya.

 

Tuhan sang pemilik hati, biarkan perempuan itu tersenyum menikmati dunia, jauhkan dari orang yang berniat buruk padanya, hanya kepada Engkau perempuan itu berharap. Meletakan hati menjalani suratan yang tertulis di alam sana.

 

Ketika semua manusia bersuka cita menyambut tahun baru, perempuan berkerudung hitam itu menyendiri di jalan ini dan menyepi mendekatkan diri pada-Nya, terdengar semarak kembang api mewarnai langit, perempuan itu memandang langit yang Ia tau ada yang memandang langit yang sama.

 

Semoga Tuhan mendengar doa terbaik yang dari bibir perempuan berkerudung hitam di penghujung tahun.

 

Adsn1919

 


 BANTUAN

KONTEN PREMIUM

 ©2023 - rumahfiksi. All rights reserved

KONTEN PREMIUM
Anda dapat membaca Konten Premium dengan Metode Pembayaran, silahkan masukan kode pembayaran untuk lanjut membaca
Login

Payment