Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Sketsa Rindu yang Kutitipkan Kepada Tuhanku

Imajinasi Tanpa Batas

 

Baiklah, sebongkah kerinduan akan dititipkan kepada Tuhan, pemilik segala kerinduan 

Benar kata Dilan, rindu itu berat, maka dari itu jarang ada yang sanggup menahannya 

Goresan sebagai pelipur lara bila sebongkah kerinduan bergejolak

Menggoreskan sketsa rindu yang selalu hinggap di hati insan manusia di atas muka Bumi

Sketsa rindu ini tidak seperti kupu-kupu liar yang bisa hinggap di mana saja

Aku urungkan menarikan pena, untuk melukiskan betapa sempurna ciptaan Tuhan

Terkadang aku lupa, tidak boleh ada goresan dalam lembar putih

Tetapi aku hanya  manusia biasa, tidak berdaya ketika kerinduan memenuhi ruang hati

Haruskah tarian pena itu terhenti? Tidak menari lagi dan  tetap bertahan untuk tidak menggores kan kata – kata demi kata penuh makna?

Ketika para insan terlelap dipelukan malam, aku sering menitipkan kerinduanku kepada Tuhan, bila ruang rindu terasa begitu sesak hanya Tuhan tempatku mengadu di kesunyian malam.

Kupersembahkan reribu rindu ini kepada Tuhanku, tapi ruang hati ini tidak pernah kosong

Sketsa rindu mengalir deras bagai air yang tidak pernah kering, tidak mengenal musim kemarau, aku harus bagaimana? 

Keberadaan tidak berada depan mata, tidak pernah memaksa sebuah keberadaan harus  hadir 

Hanya menarikan  pena atau usapan  kuas pada lembaran putih  agar lebih berwarna. Saat ini, hanya  itu pelipur lara.

Bila keberadaan di depan mata, pena dan kuas akan tersimpan rapi bahkan aku simpan dalam peti terkunci 

Bukankah kupu-kupu liar bebas melukiskan indahnya burung bul-bul yang terbang di angkasa?

Bukankah aku pemilik burung bul-bul juga? Tidak ada riya bila aku ikut melukiskan indahnya burung bul-bul  

Saat ini, burung bul-bul hinggap di dahan lain dan jarang hinggap disatu dahan yang lainnya

Tidak mungkin juga membungkam satu persatu kupu-kupu liar yang menggores keindahan yang dilihatnya

Saat ini, kerinduan di ruang hati telah penuh dan akan aku titipkan pada Tuhanku seperti hari-hari kemarin dan kemarinnya lagi

Tidak pernah memaksa sabit harus sempurna seperti purnama

Tidak pernah memaksa malam seterang siang 

Pun tidak pernah memaksa pelangi harus hadir setiap hari 

Tuhan Maha Pelindung pada makhluk yang datang kepada-Nya.


ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan
www.domainesia.com