Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Bapak

Imajinasi Tanpa Batas

Bapak

"Bapak, mengapa rambutmu cepat sekali memutih, padahal beberapa orang yang usianya di atas usia Bapak, rambutnya masih menghitam."

Kulihat Bapak tersenyum sambil mengusap - usap kepalaku, dan berkata, "Tak mengapa rambutku ini cepat memutih, asalkan engkau bisa sekolah, anakku."

Lain waktu aku kembali bertanya tatkala telapak tangan bapak kembali mengusap rambut kepalaku, "Kenapa mata bapak kulihat berkantung? Sedangkan beberapa orang yang usianya di atas bapak kulihat kantung matanya tidak sebesar itu."

Sambil tersenyum bapak berkata,"Mata ini yang selalu mengawasimu dan ikut menangis ketika engkau menderita anakku, siang malam bapak berdoa untukmu, air mata ini selalu mengalir ketika memohon pada Sang Pencipta agar Dia selalu menjagamu, biarlah mata ini berkantung, asalkan engkau selalu di dalam lindungan-Nya," Aku melihat mata bapak berkaca-kaca.

Suatu ketika aku kembali bertanya pada bapak yang kulihat sedang menatap lembut ke arahku, "Bapak, mengapa wajah bapak terlihat lebih tua dibanding orang yang seumuran dengan bapak?"

Sambil menggenggam tanganku dan bapak berkata, "Cobaan hidup orang berbeda - beda anakku, bapak sudah mengalami semuanya dan bapak pendam semuanya dan cukup hanya bapak dan Tuhan yang tahu, bapak bisa sekuat ini demi engkau anakku."

Tak jarang bapak menasehatiku, "Jika engkau sedang ada masalah, mengadu dan menangislah pada Sang Pencipta dan jangan mengadukan semua kesusahanmu pada semua orang, karena belum tentu mereka merasa empati kepadamu."

Bapak, di usiaku yang tak lagi seperti dulu, saat semua beban hidup terasa berat dipundakku, aku teringat dengan semua petuah yang pernah bapak  berikan kepadaku.

Bapak, aku belajar dari rambut, mata dan juga wajahmu, banyak pelajaran yang bisa kupetik dari semua itu. Banyak petuah dan ceritamu yang kusimpan di dalam memori otakku yang kelak akan aku ajarkan dan ceritakan kepada anak-anakku.

Bapak, di usiamu yang sudah beranjak senja, aku hanya bisa memohon kepada Tuhanku dan juga Tuhanmu yang satu, agar aku bisa menjadi anak yang berbakti dan bisa membukakan pintu syurga untuk bapak, ibu dan semua keturunanmu.

 

ADSN1919

 

 Kembali

Halaman
1

 © 2020-2023 - Rumahfiksi.com. All rights reserved

Rumah Fiksi 1919
Rumah Fiksi 1919 Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

4 komentar untuk "Bapak"

  1. Mengalir dan apik puisinya. Semoga bapak selalu di beri kesehatan dan kebaikan dimanapun berada ya.. Salam..🤝

    BalasHapus
www.domainesia.com