Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

DomaiNesia

Teruntuk Diri yang Ada Pada Diri - 1

Teruntuk Diri yang Ada Pada Diri


Teruntuk hati,  tersembunyi berwarna merah merona, menutupi rasa yang selalu hadir. Simpanlah selalu kegundahan di hati, tidak semua orang menyukai kegundahan diri, tak perlu menunjukkan siapa AKU.

Teruntuk jantung yang berdetak, berdetaklah seperti yang telah digariskan, setiap kehidupan ada yang sesuai dan tidak, jangan biarkan berhenti berdetak karena kekecewaan, biarlah tetap di jalan sunyi ini yang tidak ada rasa bersaing dan rasa takut, semua menjalani takdirnya.

Teruntuk mata aku ingin berkata, tak perlu kesedihan terukir dalam kedua kejora, jangan redupkan keindahannya biar berbinar dimanapun berada. Percayalah semua akan memandang keindahan cahaya yang selalu percaya, Aku pasti bisa!

Teruntuk telinga yang selalu mendapat bisikan. Jangan biarkan bisikan syetan memperdaya sebuah kepercayaan, jangan dengarkan tipuan-tipuan yang selalu dibisikkan dari mulut-mulut yang terlihat manis, tapi beracun.

Teruntuk bibir merah jambu, aku ingin berpesan jangan berkata yang tidak engkau ketahui, dengarlah yang perlu di dengar, berkatalah yang perlu dikatakan, biarkan mereka dengan penilaiannya, pembelaan diri saat ini belum di perlukan, biarkan waktu yang akan menjawabnya, pembenci tidak akan mendengarkan pembelaan, pencinta tak membutuhkan pernyataan, kepercayaan dasar utama.

Teruntuk mayang yang terurai, tutuplah tak perlu semua orang tau, sembunyikan keindahan yang Tuhan berikan, biarkan hanya sepasang tangan yang menyentuh dan mengusapnya, usapan sepasang tangan tercinta akan terasa gelombang-gelombang cinta, mengikat semakin kuat.

Teruntuk hidung yang selalu menghirup udara, hiruplah lebih dalam wewangian rasa cinta, jangan penuhi bau bangkai yang mendatangkan amarah. Cinta penuh perjuangan dan ujian, tetaplah tegar seperti batu karang yang berdiri kokoh di tengah lautan.

Teruntuk sepasang tangan yang selalu menggenggam, genggamlah cinta penuh rasa, jangan menggenggam cinta penuh amarah, ibarat gelas kaca yang akan pecah bila di genggam penuh rasa benci. Cobalah rangkai kembali gelas itu, apakah bisa utuh?

Teruntuk kaki yang selalu berdiri tegak, tetaplah berjalan di jalan sunyi, meski prasangka selalu ada, meski hinaan selalu diarahkan, meski tuduhan selalu dilontarkan, anggaplah itu ujian Tuhan. Bukankah setiap meraih yang lebih tinggi, manusia harus melalui ujian, apakah tetap atau berada dipuncak tertinggi. Percayalah dibalik kesulitan terdapat kemudahan.


 Kembali

© Rumahfiksi.com, All rights reserved.